Rabu, 04 Agustus 2010

IMAN DAN IBADAH

IMAN DAN IBADAH
1.Hadis tentang iman dan ibadah

حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ أَبِي سَهْلٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ صَالِحٍ أَبُو الصَّلْتِ الْهَرَوِيُّ
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُوسَى الرِّضَا عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ مَعْرِفَةٌ بِالْقَلْبِ وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ
وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَان قَالَ أَبُو الصَّلْتِ لَوْ قُرِئَ هَذَا الْإِسْنَادُ عَلَى مَجْنُونٍ لَبَرَأ
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Sahl bin Abu Sahl dan Muhammad bin Isma'il keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Shalih Abu Ash Shalt Al Harawi berkata, telah menceritakan kepada kami Ali bin Musa Ar Ridla dari Bapaknya dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya dari Ali bin Al Hasan dari Bapaknya dari Ali bin Abu Thalib ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Iman itu adalah pengetahuan di dalam hati, perkataan dengan lisan, dan perbuatan dengan anggota badan." Abu Ash Shalt berkata; "Sekiranya sanad ini dibacakan kepada orang gila, maka dia akan menjadi sembuh." (HR.Ibnu Majah dari Ali bin Abi Thalib No. 64)

حَدَّثَنِي أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ كَهْمَسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ ح و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ وَهَذَا حَدِيثُهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا كَهْمَسٌ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ فَقُلْنَا لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ فَقُلْتُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ قَالَ فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرثُمَّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ قَالُوا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ مَطَرٍ الْوَرَّاقِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ لَمَّا تَكَلَّمَ مَعْبَدٌ بِمَا تَكَلَّمَ بِهِ فِي شَأْنِ الْقَدَرِ أَنْكَرْنَا ذَلِكَ قَالَ فَحَجَجْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَجَّةً وَسَاقُوا الْحَدِيثَ بِمَعْنَى حَدِيثِ كَهْمَسٍ وَإِسْنَادِهِ وَفِيهِ بَعْضُ زِيَادَةٍ وَنُقْصَانُ أَحْرُفٍ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ وَحُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَا لَقِينَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ فَذَكَرْنَا الْقَدَرَ وَمَا يَقُولُونَ فِيهِ فَاقْتَصَّ الْحَدِيثَ كَنَحْوِ حَدِيثِهِمْ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِيهِ شَيْءٌ مِنْ زِيَادَةٍ وَقَدْ نَقَصَ مِنْهُ شَيْئًا و حَدَّثَنِي حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِ حَدِيثِهِمْ
Artinya :
Telah menceritakan kepadaku Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Waki' dari Kahmas dari Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya'mar. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz al-'Anbari dan ini haditsnya, telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami Kahmas dari Ibnu Buraidah dari Yahya bin Ya'mar dia berkata, "Orang yang pertama kali membahas takdir di Bashrah adalah Ma'bad al-Juhani, maka aku dan Humaid bin Abdurrahman al-Himyari bertolak haji atau umrah, maka kami berkata, 'Seandainya kami bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka kami akan bertanya kepadanya tentang sesuatu yang mereka katakan berkaitan dengan takdir.' Maka Abdullah bin Umar diberikan taufik (oleh Allah) untuk kami, sedangkan dia masuk masjid. Lalu aku dan temanku menghadangnya. Salah seorang dari kami di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu aku mengira bahwa temanku akan mewakilkan pembicaraan kepadaku, maka aku berkata, 'Wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya nampak di hadapan kami suatu kaum membaca al-Qur'an dan mencari ilmu lalu mengklaim bahwa tidak ada takdir, dan perkaranya adalah baru (tidak didahului oleh takdir dan ilmu Allah).' Maka Abdullah bin Umar menjawab, 'Apabila kamu bertemu orang-orang tersebut, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa saya berlepas diri dari mereka, dan bahwa mereka berlepas diri dariku. Dan demi Dzat yang mana hamba Allah bersumpah dengan-Nya, kalau seandainya salah seorang dari kalian menafkahkan emas seperti gunung Uhud, niscaya sedekahnya tidak akan diterima hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruk.' Dia berkata, 'Kemudian dia mulai menceritakan hadits seraya berkata, 'Umar bin al-Khaththab berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam, kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.' Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian'." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid al-Ghubari dan Abu Kamil al-Jahdari serta Ahmad bin Abdah mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Yazid dari Mathar al Warraq dari Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya'mar dia berkata, 'Ketika Ma'bad berkata dengan sesuatu yang dia bicarakan tentang masalah takdir, maka kami mengingkari hal tersebut.' Dia berkata lagi, 'Lalu aku melakukan haji bersama Humaid bin Abdurrahman al-Himyari.' Lalu mereka menyebutkan hadits dengan makna hadits Kahmas. Di dalamnya terdapat sebagian tambahan dan kekurangan huruf." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id al Qaththan telah menceritakan kepada kami Utsman bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari Yahya bin Ya'mar dan Humaid bin Abdurrahman keduanya berkata, "Kami bertemu Abdullah bin Umar, lalu kami menyebutkan tentang takdir dan pendapat mereka tentangnya, lalu dia mengisahkan hadits tersebut sebagaimana hadits mereka dari Umar radlialllahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan di dalamnya terdapat suatu tambahan dan pengurangan." Dan telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin asy-Sya'ir telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad telah menceritakan kepada kami al-Mu'tamir dari Bapaknya dari Yahya bin Ya'mar dari Ibnu Umar dari Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan semisal hadits mereka." (HR.Muslim dari Umar bin Khattab No. 9)

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا
قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَان
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman." (HR. Muslim dari Abu Hurairah No. 51)

اِنَّماَ اْلأَعْماَلُ بِا لنِّياَ تِ وَ اِنَّماَ لِكُلِّ اَمْرِ ئٍ ماَ نَوَي فَمَنْ كَا نَتْ هِجْرَ تُهُ اِلَ اللّهِ وَرَ سُوْ لِهِ فَهِجْرَ تُهُ اِلَ اللّهِ وَرَ سُوْ لِهِ وَمَنْ كاَ نَتْ هِجْرَ تُهُ لِلدُّ نْياَ يُصِيْبُهاَ اَوْ اِمْ رَ اَةً يَنْكِحُهاَ فَهِجْرَ تُهُ اِلَ ماَ هَجَرَ اِلَيْهِ (رواه البجاري و مسلم)
Artinya :
“sesungguhnya setiap perbuatan itu diberi ganjaran sesuai dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapat ganjaran sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya untuk Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya untuk urusan dunia atau untuk wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya adalah untuk apa yang diniatinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2.Kandungan hadis
Hadis pertama menjelaskan tentang prinsip-prinsip dalam keimanan. Dimana iman terdiri atas tiga unsur yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Ketiga unsur ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Dengan demikian orang yang beriman hatinya selalu meyakini dengan sepenuh hati, lisannya mengucapkan secara benar yang kemudian keyakinan dan lisannya itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hadis yang kedua menjelaskan tentang pengajaran malaikat Jibril as kepada para sahabat melalui Rasulullah saw. Ada enam pokok keyakinan yang harus diyakini oleh setiap orang yang mengaku beriman yang disebut dengan rukun iman. Yaitu : iman kepada Allah swt, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir yang baik dan buruk.

Hadis ketiga menjelaskan tentang banyak macamnya amal ibadah itu sehingga ditunjukan dengan kata tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh Sembilan, yang mana amal dalam keimanan yang utama adalah mengucap kalimat laa ilaha illallahi. Inilah puncak dari keimanan yang di dalamnya ada pengakuan bahwa tidak ada yang pantas disembah kecuali Allah swt. Sedangkan yang paling kecil adalah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan sehingga membawa manfaat bagi orang yang menggunakan jalan. Begitu juga rasa malupun merupakan bagian dari iman. Malu disini dalam arti adalah malu dalam melakukan maksiat.

Hadis yang keempat menjelaskan bahwa setiap perbuatan tidaklah berarti apa-apa jika tidak disertai dengan niat. Niatlah yang membedakan amal itu diterima atau tidak diterima Allah. Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan rasul-Nya maka akan mendapat ganjaran yang besar. Dan sebaliknya apabila hijrahnya karena yang lain maka apa yang dia niatkan itulah yang akan dia dapatkan.

3.Keterkaitan kandungan hadis tentang iman dan ibadah dalam fenomena kehidupan dan akibatnya
a.Iman dan ibadah mempunyai kaitan yang sangat erat karena iman merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah. Sebaliknya ibadah yang dilakukan tanpa iman akan sia-sia.
b.Orang yang mengaku dirinya beriman harus dapat membuktikannya melalui perbuatan yang bernilai ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
c.Iman tanpa dibuktikan dengan perbuatan nyata berarti kedustaan.
d.Selain iman, amal ibadah harus diniati dengan ikhlas kepada Allah swt. Ibadah yang dilakukan untuk selain Allah swt berarti syirik.
e.Menduakan niat dalam beribadah karena Allah dan yang lain, maka amalnya tidak akan diterima Allah swt.

4.Menerapkan isi kandungan hadis tentang iman dan ibadah
Adapun penerapan dari hadis di atas adalah :
a.Merasa senang terhadap hadis-hadis Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk hidupnya.
b.Gemar dan rajin mempelajari hadis-hadis Nabi dalam rangka memahami ajaran Islam secara kaffah.
c.Meyakini kebenaran ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw melalui hadis beliau.
d.Melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat dalam hadis Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
e.Berusaha meningkatkan kualitas amal perbuatannya agar diterima Allah swt.
f.Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dengan tidak menyekutukan Allah dengan apapun.
g.Memurnikan niat dalam segala ibadah hanya untuk mendapatkan ridha Allah swt.
h.Memperbanyak membaca salawat sebagai bukti kecintaan kepada Nabi Muhammad saw.
i.Meneladani Rasulullah dalam melaksanakan amal ibadah.

Sabtu, 31 Juli 2010

TAUHID RUBUBIYYAH DAN ULUHIYYAH
1.Pengertian tauhid rububiyyah
Tauhid rububiyyah merupakan bentukan dari dua kata, yaitu kata tauhid dan rububiyyah. Tauhid berasal dari bahasa- يُوَحِّدُ – تَوْ حِيْدًا وَحَدَ yang berarti mengesakan. Menurut istilah tauhid berarti meyakini bahwa Allah swt itu esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini tercermin dalam kalimah syahadat, yaitu la ilaha ilallah. Adapun kata rububiyyah mempunyai beberapa makna, yaitu penciptaan,pemeliharaan dan pengasuhan.
Dalam terminology Islam tauhid rububiyyah berarti kepercayaan bahwa Allahlah satu-satunya pencipta, pemelihara dan pengatur alam semesta

2.Pengertian tauhid uluhiyyah
Menurut bahasa kata uluhiyyah berarti sembahan, persembahan. Tauhid uluhiyyah berarti kepercayaan bahwa hanya Allah sembahan yang benar. Hal ini harus kita buktikan dalam kehidupan nyata dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.

3.Surah al-Fatihah,an-Nas,al-Falaq dan al-Ikhlas tentang tauhid rububiyyah dan uluhiyyah
Surah al-Fatihah ayat 1 – 4 berisi tentang tauhid rububiyyah sedangkan ayat 5 – 7 berisi tentang tauhid uluhiyyah.
Surah an-Nas ayat 1 – 2 berisi tentang tauhid rububiyyah sedangkan ayat 3 berisi tentang tauhid uluhiyyah
Surah al-Falaq ayat 1 berisi tentang tauhid rububiyyah.
Surah al-Ikhlas ayat 1 – 2 berisi tentang tauhid uluhiyyah
4.Isi kandungan surah al-Fatihah,an-Nas,al-Falaq dan al-Ikhlas
Surah al-Fatihah
•Ayat 1 Allah benar-benar mencurahkan kasih sayangnya kepada manusia, Dialah yang mencukupkan seluruh kebutuhan manusia. Sifat kasih saying Allah berbeda dengan manusia. Kasih saying manusia masih terbatas dan banyak dipengaruhi hawa nafsu. Maha Pengasih Allah tidak hanya terbatas kepada hamba-Nya yang beriman tetapi meliputi semua makhluk bahkan orang kafir sekalipun.
•Ayat 2 Allah swt menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan seluruh alam, Dia yang memelihara dan menguasai alam semesta. Kepercayaan bahwa Allah swt sebagai pencipta sebetulnya juga dimiliki oleh orang-orang musyrik sejak zaman dahulu, namun mereka menyimpang dari kayakinannya. Jika ditanya tentang siapa pencipta alam semesta mereka menjawab bahwa Allahlah pencipta alam semesta, sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran :

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (٦١)

61. dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al-Ankabut:61)

•Ayat 3 Allah swt menegaskan kembali tentang kasih sayang-Nya kepada makhluk. Hal ini menunjukkan bagaimana kepedulian Allah swt terhadap makhluk-Nya.
•Ayat 4 tentang adanya hari pembalasan (hari akhir). Pada hari itu manusia akan menerima balasan dan amal perbuatannya selam hidup di dunia. Amal baik akan dibalas nikmat di surga sedangkan amal buruk akan dibalas siksa di neraka. Pada hari itu hanya Allah yang berkuasa. Kekuasaan, kegagahan dan keangkuhan manusia tidak berarti lagi, semua tunduk pada kekuasaan Allah swt.
•Ayat 5 menjelaskan sikap yang tegas bahwa hanya kepada Allah kita menyembah dan minta pertolongan. Banyak manusia mengakui tauhid rububiyyah tetapi belum melakukan tauhid uluhiyyah. Maksudnya banyak orang yang mengakui bahwa Allahlah pencipta, pemelihara dan penguasa alam semesta, namun dalam kehidupannya mereka terkadang menyembah selain Allah.
•Ayat 6 – 7 mengingatkan kita agar senantiasa berdoa kepada Allah swt. Sebagai sang penentu segala sesuatu. Sebagai makhluk yang lemah, manusia banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kita harus senantiasa berdoa kepada Allah swt agar ditunjukkan jalan yang lurus. Namun doa kita ini juga harus diikuti dengan usaha yakni mampu mempelajari Islam dengan baik.
Surah an-Nas
•Ayat 1 memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui kelemahannya dan mengakui kebesaran Allah swt, yang mengatur segalanya. Oleh karena itu manusia hendaknya selalu berlindung kepada Allah swt, sebagai pencipta, pemelihara dan penguasa.
•Ayat 2 menjelaskan bahwa Dia adalah Raja manusia, yang berkuasa mengatur manusia. Manusia harus mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
•Ayat 3 menegaskan bahwa Allahlah satu-satunya sembahan yang hak (benar) dan sudah semestnya manusia meminta perlindungan kepada-Nya.
•Ayat 4 – 6 menjelaskan bentuk-bentuk kejahatan yang sering dihadapi manusia. Kedua makhluk itu di bawah kekuasaan Allah swt, sehingga sangat pantas manusia mohon perlindungan dari-Nya.
Surah al-Falaq
Ayat 1 menjelaskan kepada kita agar berlindung kepada Allah swt yang menguasai waktu subuh, karena manusia kondisinya lemah dan sering terjadi gangguan yang dapat membahayakan manusia.
Ayat 2 menjelaskan bahwa ada makhluk yang membawa mudharat bagi manusia, oleh sebab itu manusia hendaknya memohon perlindungan kepada Allah swt agar selamat dari bahaya semua makhluk.
Ayat 3, kemampuan manusia melihat sangat terbatas apalagi pada malam hari, manusia tidak mampu melihat benda-benda secara jelas. Ada beberapa jenis hewan yang membahayakan manusia yang mencari mangsa pada malam hari. Menyadari kelemahannya manusia harus memohon perlindungan kepada Allah swt dari gangguan itu.
Ayat 4 menjelaskan tentang adanya kejahatan sihir sejak zaman dahulu yang dikenal sebagai tukang sihir yang banyak dari kaum wanita tua. Mereka membuat ramuan tertentu dan diberi mantra-mantra dengan maksud untuk mencelakakan orang lain melalui perantara setan. Manusia disuruh berlindung kepada Allah swt dari perbuatan sihir tersebut.
Ayat 5 menjelaskan tentang kejahatan bahaya hasad. Hasad adalah penyakit hati yang menimbulkan perbuatan dengki yang membahayakan orang lain. Kita memohon perlindungan kepada Allah swt agar selamat dari kedengkian seseorang kepada kita. Kitapun harus bisa menjaga sikap agar orang lain tidak merasa iri kepada kita.
Surah al-Ikhlas
•Ayat 1 berisi tentang pengesaan kepada Allah swt.
•Ayat 2 berisi tentang pengakuan bahwa hanya Allahlah tempat bergantung semua makhluk. Dia yang mencipta semua makhluk. Dalam hubungan dengan manusia kita boleh memohon kepada orang lain tetapi keyakinan terlaksananya memohon kepada Allah swt.
•Ayat 3 dan 4 menjelaskan bahwa Allah swt berdiri sendiri sehingga tidak pantas jika Dia memiliki orang tua ataupun anak. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan Allah swt baik sifat maupun keadaan-Nya.

Jumat, 23 Juli 2010

MENCINTAI AL-QURAN DAN HADIS
1. Cara mencintai Al-Quran dan hadis
Mencintai berarti merasa senang terhadap yang dicintai dan tentu akan diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Mencintai berarti selalu mengingat dan memikirkan dalam hati, ia akan rela berkorban untuk sesuatu yang dicintainya. Orang Islam harus mencintai Al-Quran dan hadis, karena Al-Quran dan hadis adalah sumber utama hukum Islam dan sekaligus sebagai pedoman hidup kita. Agar kita bisa selamat di dunia dan di akhirat kita harus mencintai keduannya dengan mempelajari, memahami dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya QS. Ali Imran/3 : 31, yang berbunyi :


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١)

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang mencintai Allah haruslah mengikuti Nabi Muhammad saw dan berarti ia juga cinta dengan Al-Quran sebagai kalam-Nya. Ia harus mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw sebagai penerima wahyu Al-Quran. Mengikuti nabi berarti menerima dan mencintai hadis sebagai ajaran-ajaran beliau.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ
وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ
إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّار

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"

2. Bentuk-bentuk mencintai Al-Quran dan hadis
 Berusaha memiliki kitab Al-Quran dan hadis meskipun harus menyisihkan uang saku.
 Memiliki kemauan untuk dapat membaca Al-Quran dan hadis secara benar meskipun mengeluarkan biaya.
 Memiliki kemauan yang sungguh-sungguh untuk dapat memahami isi Al-Quran dan hadis secara benar.
 Rajin mendatangi majlis-majlis ilmu yang mempelajari Al-Quran dan hadis.
 Tidak suka bila ada pihak lain yang merendahkan atau menghina Al-Quran dan hadis.
 Berusaha menjaga kesucian Al-Quran dan hadis tanpa memandang remeh.
 Memiliki kepedulian apabila melihat lembaran Quran atau hadis berceceran dengan mengumpulkan atau membakarnya.
3. Manfaat mencintai Al-Quran dan hadis :
 Memperoleh nasihat, obat hati, petunjuk dan rahmat dari Allah SWT.
 Terhindar dari kesesatan dan kecelakaan dunia dan akhirat.
 Memperoleh kecintaan dan ampunan dari Allah swt

4. Perilaku orang yang mencintai Al-Quran dan hadis
 berupaya mewujudkan berdirinya Taman Pendidikan Quran(TPQ) di lingkungan masing-masing;
 Ikut serta aktif dalam upaya melancarkan jalannya TPQ, baik dengan pikiran, tenaga maupun materi;
 Menyediakan waktu khusus untuk mempelajari Al-Quran dan hadis untuk kemudian diajarkan kepada orang lain;
 Mengajak orang-orang yang belum mau belajar Al-quran dan hadis;
 Selalu menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai dasar dalam segala tindakan dan cara berpikirnya.

Rabu, 21 Juli 2010

AL-QURAN DAN HADIS SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
1. Pengertian Al-Quran
Al-Quran berasal dari bahasa Arab, yaitu قرأ – يقرأ – قرآ نا yang berarti bacaan. Sedangkan menurut istilah Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Hal ini sesuai dengan ayat berikut :
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٩٢)نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (١٩٣)
192. dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam ; 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril).
2. Pengertian Hadis
Kata hadis berasal dari bahasa Arab الحد يث yang berarti baru, muda, cerita, berita dan riwayat dari Nabi Muhammad saw. Sedangkan hadis menurut istilah adalah segala perkataan, perbuatan dan takrir Nabi Muhammad saw yang berkaitan dengan hukum.
3. Fungsi Al-Quran
 Sebagai petunjuk bagi manusia agar hidupnya berada di jalan Allah swt. (Q.S. 2 : 185)
 Merupakan nikmat bagi orang-orang beriman
 Sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang berimankarena Allah swt menjanjikan balasan keimanannya dengan nikmat di surga.
 Sebagai peringatan bagi orang-orang yang kafir karena Allah swt menjanjikan balasan kekafirannya dengan kesengsaraan di neraka.
 Sebagai pendidikan moral yang sempurna karena di dalamnya terdapat kisah-kisah umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran dalam memilih jalan kehidupan.
4. Fungsi hadis
 Mengukuhkan hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al-Quran. Misalnya Q.S 3 : 102 dikukuhkan dengan HR at Tirmizi dari Abu Zar No. 1910.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢)

102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.

اِتَّقِ الّلهَ حَيْثُماَ كُنْتَ وَاَتْبِعِ السّيّاَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهاَ وَ خاَ لِقِ الناَّ سَ بِخُلُقٍ حَسَن

Bertaqwalah kepada Allah di manapun kalian berada. Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (kebaikan itu) akan menghapus (keburukan)-nya. Pergaulilah manusia dengan yang baik.

 Menafsirkan ayat-ayat Quran yang bersifat mujmal (global). Contoh QS. 22 : 78.
فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ  …
… Maka dirikanlah shalat …

Dijelaskan dengan hadis Nabi صَلُّوا كَماَ رَاَيْتُمُوْ نِي اُصَلّي

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat (HR. Bukhari dari Malik No. 595)
 Membatasi keumuman Al-Quran. Contoh perintah shalat jumat dalam surah al-Jumu’ah ayat 9 mengenai kewajiban shalat jumat dijelaskan dengan HR.Abu Dawud dari Tariq bin Syibah no. 901, bahwa shalat jumat itu wajib dilaksanakan oleh setiap muslim dengan berjamaah, kecuali empat golongan, hamba sahaya, wanita, anak-anak dan orang sakit.
 Menetapkan hukum yang belum terdapat dalam Al-Quran. Misalnya tentang keharaman binatang buas ditetapkan hukumnya dengan hadis Nabi : اَكْلُ كُلِّ ذِيْ ناَ بٍ مِنَ السِّبَا عِ حَرَامٌ

Maka setiap binatang buas yang bertaring adalah haram (HR.Ibnu Majah dari Abu Hurairah No.3224).
5. Cara-cara memfungsikan Al-Quran dan Hadis dalam kehidupan :
 Menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai pedoman dalam kehidupan pribadi.
 Menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai pedoman kehidupan keluarga/ rumah tangga.
 Menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.
 Menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 Menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai hakim dalam menyelesaikan masalah
6. Menerapkan Al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup umat Islam.
 Dalam kehidupan pribadi ; yaitu dengan mempelajari dan mendalami Al-Quran dan hadis, bergaul dengan orang saleh, memanfaatkan waktu dan memiliki semangat keilmuan untuk kepentingan dunia dan akhirat.
 Dalam kehidupan keluarga ; memupuk semangat dan ketekunan kepada seluruh anggota keluarga dalam menjalankan syariat Islam.
 Dalam kehidupan bermasyarakat ; ikut berperan aktif dalam masyarakat dan rela berkorban demi terwujudnya keharmonisan dalam masyarakat.

Senin, 07 Juni 2010

Dalam Al-Quran banyak terdapat perintah untuk membacanya sebelum kita mengetahui yg lain, sebab rasanya tidak mungkin kita bisa mengetahui sesuatu hukum kalau kita tidak membacanya. Agar bisa membaca dengan baik dan benar diperlukan ilmunya yg disebut dengan ilmu tajwid. Ilmu tajwid adalah ilmu yg mempelajari segala tentang huruf. baik makharijul huruf dan sifat2nya, hukum bacaan, dan adab. Setelah bacaannya benar baru kita lanjutkan dgn memahami terjemahannya. Itupun masih belum cukup, sekiranya kita tdk mampu memahaminya diperlukan seorang yang mengerti akan hal itu